-->

Keanekaragaman Biota Laut Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN

Keanekaragaman Biota Laut Indonesia

A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan  negara maritim kepulauan terbesar di dunia. Kekayaan dan keanekaragaman biota dan ekosistem laut menjadikan laut nusantara sebagai gudang keanekaragaman hayati bahari. Sistem oseanografi meteorologi perairan Pasifik Barat sangat memengaruhi kondisi oseanografi dan iklim Indonesia. Kondisi ini menjadikan Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif dalam keanekaragaman, kekayaan, keunikan, dan keindahan biota serta ekosistem baharinya.

B.     Tujuan
Tujuan dari pembuata karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan tentang biota laut.
2.      Menjelaskan tentang ekosistem laut.
3.      Dan sebagai salah satu tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia

C.    Ruang Lingkup
Di dalam karya ini penulis akan mencoba menjelaskan tentang biota laut, pengertian, dan jenis-jenis ekosistem yang ada di laut. Untuk lebih jelasnya anda dapat membaca dalam karya tulis ini.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelautan
1.      Pembangunan Kelautan
Pembangunan kelautan Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang berkesinambungan. Pembangunan kelautan Indonesia merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan wilayah perairan Indonesia sebagai wilayah kedaulatan dan yuridiksi nasional untuk didayagunakan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan ketahanan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang mempunyai sumber daya kelautan yang melimpah belum bisa memanfaatkannya. Secara efektif, dikarenakan kebijaksanaan pengelolaan kelautan masih sektoral dan belum diarahkan secara sinergis antara satu program dengan program lain dalam pemberdayaan potensi laut.
Sejak Deklarasi Bunaken ditandatangani oleh Presiden RI pada puncak kegiatan Tahun Bahari Internasional ’98 (TBI ’98), telah menegaskan bahwa mulai tanggal 26 September 1998, visi pembangunan dan persatuan nasional Indonesia harus berorientasi ke laut. Kegiatan TBI ’98 merupakan program UNESCO – PBB, bahwa tahun 1998 sebagai Tahun Bahari Internasional sekaligus perencanaan upaya PBB dan bangsa Indonesia untuk menyadarkan umat manusia akan arti penting dari laut dan lingkungan kelautan sebagai warisan bersama umat manusia. Deklarasi Bunaken pada dasarnya secara tegas menyatakan dua hal pokok yaitu kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya dan kemauan yang besar dari bangsa Indonesia untuk membangun kelautan. Kesadaran geografik adalah kesadaran bangsa Indonesia untuk memahami dan menyadari akan kondisi objektif wadah kepulauan Indonesia yang dua pertiga wilayahnya adalah laut.
Kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya akan sangat penting bagi keberhasilan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan kelautan yang mempunyai arti strategis dalam mengembalikan kondisi ekonomi nasional yang sedang menyelesaikan berbagai krisis ini. Dalam implementasi GBHN 1993-1998, pemerintah telah melakukan beberapa kegiatan yang harus dilanjutkan pada periode pembangunan kelautan nasional berkesinambungan, diantaranya pemerintah telah :
a.       Menganjurkan untuk kebiasaan makan ikan.
b.      Memberikan bantuan peralatan modal kepada para nelayan.
c.       Mengadakan pencegahan dan penindakan pelanggaran laut.
d.      Menambah jumlah kapal penumpang dan barang.
e.       Menambah jumlah kapal patroli penjaga keamanan laut.
f.       Meningkatkan pengembangan wisata bahari dan sebagainya.
Bila diamati, upaya tersebut masih sangat kecil jika dibandingkan dengan potensi dan peluang yang terkandung dalam lautan kita. Lingkup pembangunan kelautan sangat luas, meliputi kegiatan di pantai, di atas permukaan dan di bawah air dengan melibatkan berbagai teknologi, disiplin ilmu, dan sumber daya manusia, dengan ruang gerak yang terbatas menghadapi alam. Guna memudahkan dan tercapainya efektifitas hasil pengelolaan laut, kegiatan pembangunan laut memerlukan suatu wadah yang terpadu, yaitu professional dan proposional.

2.      Pengelolaan dan Pemberdayaan Laut
Pengelolaan dan pemberdayaan potensi kelautan wilayah Indonesia dapat dikelompokkan pengelolaannya sebagai berikut :
a.       Pengelolaan sumber daya ikan dan biota laut.
b.      Pengelolaan sumber daya minyak bumi dan mineral.
c.       Pengelolaan transportasi laut, industri, dan gas maritime.
d.      Pengelolaan laut untuk pelestarian lingkungan, pemukiman pantai pesisir dan penelitian ilmiah kelautan.
Penjelasan berikut ini, kita hanya akan menjelaskan tentang pengelolaan sumber daya ikan dan biota laut.
Pengelolaan sumber daya ikan dan biota laut dapat diantisipasi efektivitasnya sebagai berikut :
a.       Memanfaatkan sumber daya penghasilan ikan dari usaha penangkapan maupun budidaya tidak melampaui kapasitas (overfishing).
b.      Mengalihkan operasional penangkapan ikan dan budidaya ikan ke daerah yang masih sama sekali belum dimanfaatkan, untuk menghindari perairan yang telah melampaui daya dukung lingkungan guna menjaga kelestarian sumber daya ikan dari ancaman kepunahan.
c.       Usaha penangkapan ikan dan budaya masih terfokus pada komoditas konvesional, seperti jenis ikan tuna, cakalang, dan udang, padahal perairan nusantara Indonesia memiliki ribuan spesies biota laut seperti jenis kerang-kerang laut, rumput laut, dan biota laut lainnya yang permintaan dunia semakin meningkat untuk bahan baku industri bioteknologi laut pembuat obat-obatan, kosmetika, termasuk juga pangan.
d.      Memperbaiki kondisi lingkungan yang telah rusak kelestariannya seperti menghidupkan kembali (reboisasi) hutan bakau yang telah punah, konservasi daerah terumbu karang, dan mencegah serta memperbaiki lingkungan yang telah tercemar.
e.       Ikan merupakan bahan makanan yang mudah busuk terutama pada kondisi iklim tropis, sering kai ditolak oleh konsumen, maka diperlukan teknologi pengawetan ikan atau pengalengan ikan dari lemari pendingin penyimpanan ikan agar tetap segar.
f.       Kebutuhan informasi pasar dan pesaing ikan diperlukanuntuk memperinci kebutuhan pasar domestik dan global menurut jenis, ukuran komoditas, waktu, dan lokasi untuk menentukan daya saing dalam sistem perdagangan dunia.
g.      Kemampuan galangan kapal penangkap ikan nasional sangat memprihatinkan dan perlu diupayakan untuk menjadi galangan kapal/pembuat kapal ikan yang dapat bersaing di pasaran global.
h.      Meningkatkan kemampuan industri pembuat peralatan penangkapan seperti pembuat jaring alat tangkap ikan, pancing, pelampung, dan tali temali.
Untuk tercapainya efektivitas pengelolaan potensi laut, maka diperlukan tindakan sebagai berikut :
a.       Penataan dan pengembangan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan pembangunan kelautan disertai upaya penegakan hukum yang konsisten.
b.      Pembentukan wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan pengawasan terpadu pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang terpadu.
c.       Penetapan tata ruang kelautan disertai pola pengelolaan, pemanfaatan dan pendayagunaannya.
d.      Penciptaan dan peningkatan sumber daya kelautan yang handal dengan menggunakan IPTEK dan SDM kelautan yang professional.
e.       Sistem pengumpulan dan pengelolaan informasi kelautan yang dapat diakses secara luas.
f.       Memperbesar kemampuan pengadaan sumber daya yang dapat diserap dalam upaya pembangunan kelautan dengan kemudahannya.
g.      Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dari pengembangan kelautan sehingga dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan, khususnya bagi nelayan tradisional.

B.     Binatang Laut
Plankton hewani adalah organisme yang mengapung dan hanyut, terutama dibawa oleh gerakan air daripada oleh gerakan berenangnya sendiri.
1.      Kapapoda
Lebih dari 4.500 spesies kopapoda di dunia ini, diantaranya 90% hidup di laut. Kira-kira 3.000 hidup bebas dan selebihnya hidup sebagai parasit. Kopapoda merupakan plankton hewani. Baik menurut jumlah  kelompok ataupun menurut jumlah spesiesnya, ia melebihi plankton metazoa dan merupakan juga kelompok utama perekonomian laut. Kopapoda yang hidup bebas biasanya berukuran kecil antara 0,2 mm sampai 2 mm.
a.      Morfologi
Tubuh kopapoda terbagi atas bagian depan dan beberapa somit, lebih lebar, bulat telur, dan cembung, yang disebut dengan prosoma, yang segmen-segmennya bersatu kuat dan tidak dapat bergerak. Serta bagian belakang yang lebih kecil dan dapat bergerak, yang disebut dengan urosoma. Persendiaan antara kedua sendi ini disebut sendi engsel atau persendian utama. Beberapa ahli menetapkan urosoma sebagai somit kelamin. Persendian ini tidak sama pada semua kopapoda, perbedaannya tampak dari pensegmenan yang nyata dan berkombinasi antara somit-somit dari berbagai kopapoda. Karena persendian utamanya berada diantara somit pedigeri (pedis kaki) terakhir dan somit kelamin, maka urosomanya tidak mempunyai embel-embel. Kopapoda memiliki limas belas somit. Lima buah yang pertama membentuk kepala san sefalon. Somit-somit ini mempunyai dua pasang antena (mandibula) dan dua pasang maksila.
Dada tersusun dari enam somit kelamin yang berada dibelakang sendi engsel atau sendi utama. Pada betina biasanya bersatu dengan somit perut. Perut ini terdiri dari tiga somit terakhir ditambah dengan segmen dubur atau telson, somit-somit ini tidak mempunyai embel-embel. Di belakang somit-somit perut ada telson yang mempunyai ekor. Pada beberapa kopapoda yang hidup bebas, pasangan kaki kelima banyak berubah, kapopada parasit dalam beberapa kelompok, khususnya yang betina memperlihatkan modifikasi sedemikian luasnya sehingga sulit untuk dikenal sebagai kopapoda dewasa.

b.      Gerakan dan Makan
Diatom merupakan makanan utama bagi kopapoda planton. Pada banyak spesies seperti fiaptomus dan kalanus, embel-embel di sekitar mulut (antena kedua, palpa mandibula, dan maksila yang pertama) dilapisi oleh seta yang dapat digetarkan dengan cepat (antara 600-2.640 per menit) seta tersebut untuk menimbulkan olakan air yang datang disepanjang kedua sisi dari tubuhnya. Pusaran air yang terbentuk diisap masuk ke dalam bilik saringan dan maksiliped (maksilat kedua, mengandung seta) yang kemudian dikeluarkan dari samping oleh maksila pertama. Partikel-partikel makanan yang terperangkap dalam seta-seta ini ditarik oleh enditaendit (embel sebelah dalam kaki) yang kemudian masuk melalui mandibula dan mulut.

c.       Pembiakan
Kopapoda adalah satu-satunya entomostaka yang  membentuk spematofora, yang jantan mencekam betina dan mengeluarkan spermatofora atas segmen kelamin dari betina. Ketika telur dilepaskan, ia segera dikelilingi oleh kantong telur yang dibentuk dari getah pembuluh telur sehingga telur tersebut melekat pada si betina. Tiap kantong membuat kira-kira 40 telur yang dieramkan. Kalanoid membebaskan telur-telurnya satu per satu ke dalam air, telur itu menetas menjadi nauplius plankton yang berenang bebas, berbentuk bulat telur dengan tiga pasang embel-embel dan sebuah mata di tengah.
Embel-embel itu merupakan antena pertama, antena kedua adalah mandibula, dalam tahap ini mandibula merupakan embel-embel kaki yang berami dua, tidak terlihat persegmenan tubuh. Pertukaran kulit berturut-turut menambah lebih banyak embel-embel yang perlahan-lahan dimulai pada bagian depan, biasanya ada enam tahap pertumbuhan, sesudah itu berubah bentuk serupa dengan yang dewasa. Tahap-tahap sebelum dewasa seperti ini disebut kopapodid.

d.      Warna Kopapoda
Pada kopapoda yang warnanya merah, jingga, hitam, atau putih, dihasilkan oleh astaksantin yang diperoleh dari zantofil kuning yang didapati dari plankton nabati. Astaksantin menghasilkan berbagai warna bila bersatu dengan protein. Tapi bila dicampurkan dengan pelarut organik seperti khloroform, larutannya hampir berwarna jingga kemerahan.

2.      Moluska
Moluska disebut pula sebagai hewan bertubuh lunak. Moluska dibagi menjadi lima kelas, yaitu :
a.       Lamellibranchiata atau Pelecypoda atau Bivalvia.
b.      Cphalopoda.
c.       Gastropoda.
d.      Scapopoda.
e.       Amphieura / Poliplacophora.
Kelompok spesies untuk Moluska :
a.       Tiram.
b.      Cumi-cumi.
c.       Gurita
d.      Kerang-kerangan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesadaran bangsa Indonesia akan geografik wilayahnya akan sangat penting bagi keberhasilan bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan kelautan yang mempunyai arti strategis dalam mengembalikan kondisi ekonomi nasional yang sedang menyelesaikan berbagai krisis ini.

B.     Saran
Penulis berharap setelah membaca karya tulis ini, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang keanekaragam biota laut, mulai dari ekosistem dan makhluk-makluk yang ada di laut serta cara memanfaatkan dan melestarikannya.


DAFTAR PUSTAKA


Flora, Seri. 2007. Keanekaragaman Biota Laut. Bandung: Angkasa.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Keanekaragaman Biota Laut Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel